Bimo Suci Lambang Bhakti Anak Pada Orang Tua


Bima Suci Lambang Bhakti Anak Pada Orang Tua


Dharma Bhakti Seorang Bima

Bimo Suci dari namanya pasti kita sudah bisa menebak bahwa hari ini kita akan bercerita tentang pewayangan. Benar memang hari ini kita akan bercerita tentang wayang, karena kita tahu bahwa dalam cerita wayang terdapat unsur-unsur pendidikan. Bimo suci merupakan sebuah cerita carangan (karangan) yang dimulai dari Raden Bratasena yang sangat sedih ketika mendengar bahwa ayahnya Pandu dan Ibu tirinya Dewi Madrim ditempatkan di kawah candradimuka @resanarts (mungkin dalam analogi modern atau sudut pandang keagamaan adalah mendapatkan siksa kubur yang amat dasyat) dari situ kemudian Raden Bratasena merasa bahwa hidupnya tidak ada gunanya, karena jika ia membandingkan dengan ayahnya yang sudah berjasa saja masih ditempatkan dikawah candradimuka, sehingga ia mengeluh dan keluhannya didengarkan oleh ibundanya Dewi Kunthi yang kemudian menyuruhnya untuk mencari ilmu dan mengisi kehidupan dengan dharma sesuai dengan kodratnya masing-masing.


Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku

Raden Bratasena kemudian berguru kepada Pendito Durna yang ternyata sudah diberi pesan oleh prabu Duryudana agar mencelakakan Raden Bratasena. Alhasil untuk mengajarkan ilmu Sangkan Paraning Dumadi yang isinya ada 3 yaitu : Urip iku saka sapa?, Jroning urip kuwi ngapa? Pungkasaning Urip Apa lan Kepiye? ( Hidup itu dari siapa? Dalam Hidup Bagaimana? Akhir Hidup itu apa dan bagaimana?) Pendhita Durna yang merupakan guru dari Raden Bratasena menuturkan bahwa ilmu tersebut bukanlah ilmu yang rahasia, mudah diajarkan namun sulit dilakukan sehingga sebelum menjawabnya Sang Pendhita Minta permintaan yaitu sebuah jimat: Kayu Gung Susuhing Angin dan Banyu Suci Pervitosari.


Banyak yang melarang Bima untuk mencari kayu tersebut, karena untuk mencari Kayu gung susuhing angin Bratasena harus masuk ke Alas (Hutan) Tik Brasara @resanarts yang dijaga oleh 2 orang Raksasa, namun Bratasena berhasil mengalahkannya dan kedua raksasa berubah menjadi dewa yang kemudian memberitahu bahwa kayu gung susuhing angin itu tak lain hanyalah sebuah perumpamaan yang artinya "Kalau punya keinginan(gegayuhan) / niat yang luhur(agung) jangan terburu-buru(kesusu) tapi harus difikirkan masak-masak."


Tekad Kuat dan Mental Baja

Setelah mendapatkan petuah tentang permintaan yang pertama Bratasena masih harus mencari permintaan yang kedua yaitu Banyu Suci Pervitosari @resanarts yang berada di tengah Samudra minang kalbu, padahal kita tahu bahwa samudra atau lautan adalah tempat yang angker, ganas yang bisa membunuh siapa saja yang berada disana. Dalam keragu-raguan sang Bratasena dia mendengarkan percapakan 2 ekor burung yang intinya "Kalau Berani jang takut tapi kalau takut jangan berani-berani" bulatlah tekad sang Bratasena, masuk ke samudra minangkalbu mencari Air Suci Pervitosari. Dalam cerita juga dikisahkan bahwa disini datang godaan selanjtnya yaitu dari Anoman supaya Bima mengurungkan niatnya, namun karena tekad yang sudah bulat maka Bima pun tetap teguh pada pendiriannya. Ditengan lautan ia harus menghadapi ganasnya ombak dan seekor naga raksasa yang siap memakannya, dalam keadaaan terlilit naga, Raden Bratasena Pasrah kepada yang kuasa dan Memohon, hingga dalam alam bawah sadarnya menimbulkan kekuatan yang luar biasa yang membuatnya bisa mengalahkan sang naga.


Guru Sejati Ada Dalam Diri

Setelah naga berhasil terkalahkan muncullah sesosok kecil yang sangat mirip dengannya. Bratasena yang biasanya tidak pernah berbahasa Krama Inggil (Tingkatan Bahasa Jawa yang paling tinggi /Halus) pun akhirnya menggunakan Krama Inggil setelah mengetahui bahwa sesosok itu adalah jati dirinya yaitu Dewa Ruci. Dewa ruci akhirnya menurunkan @resanarts ilmu Sangkan Paraning Dumadi. Sekaligus mengupas darimana asal manusia yang diciptakan kedunia untuk menjalani dharmanya masing-masing yang telah digariskan. Sebagai ksatria menjalankan dharmanya satria, pedagang menjalankan dharmanya pedagang, karyawan menjalankan dharmanya karyawan yang senantiasa ingat pada sang pencipta karena sadar bahwa di akhir nanti semuanya akan kembali ke sang pencipta dengan membawa jawaban atas dharma yang sudah diberikan apakah sudah dilakukan dengan baik untuk mendapatkan balasan yang setimpal.

Motivasi Dalam Alquran

[99:7] Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. [99:8] Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Itulah tadi cerita tentang seorang Bima yang dengan segenap kemampuannya ingin memberikan yang terbaik untuk orangtuanya, untuk bangsanya, sesuai dengan perannya dalam kehidupan. Memang cerita itu hanyalah sebuah cerita, namun dibalik itu semua pasti ada intisari yang dapat kita ambil antaralain:

  • Segala keinginan bisa terpenuhi melalui sebuah usaha
  • Niat suci
Semoga bermanfaat

Posting Komentar

1 Komentar

Silahkan kirim masukan dan saran anda